Yayasan Amirah Latih Ibu-ibu Olah Limbah Organik jadi Ekoenzim

YAYASAN AMIRAH, Jakarta – Limbah organik dapur tidak selamanya berpotensi mencemari lingkungan, justru bisa bermanfaat bagi alam dan manusia. Apabila limbah tersebut dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan banyak manfaat untuk kehidupan. Peluang ini ditangkap Yayasan Amirah dengan melaksanakan Pelatihan Pembuatan Ekoenzim bagi kalangan Ibu Rumah Tangga.

Kegiatan ini diikuti secara antusias oleh puluhan ibu-ibu muda di kawasan Jakarta Selatan. Direktur Yayasan Amirah, Siti Fatimah, menyatakan pembuatan ekoenzim sangat bermanfaat bagi kalangan ibu rumah tangga, karena proses pembuatannya cukup mudah dan terjangkau.

Sobat Amirah, apa sih ekoenzim itu?

Indah Setyani, salah seorang pegiat ekoenzim, menjelaskan bahwa Eco Enzyme atau ekoenzim adalah hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai banyak manfaat untuk alam dan manusia. Ekoenzim dapat dimanfaatkan sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman, bahkan dapat menurunkan efek rumah kaca.

Lantas, mengapa kita perlu ekoenzim?

Indah menjelaskan, pada dasarnya, 70% sampah yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sampah organik. Sampah organik yang ada di TPA, lanjut Indah, menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan sekitarnya, mengurangi tingkat daur ulang plastik, dan memberi resiko dari terjadinya ledakan TPA.

Dalam pelatihan ini, Indah pun berbagi cara untuk membuat ekoenzim secara mandiri. Yuk, kita simak.

Pertama, siapkan wadah plastik kedap udara. Jangan gunakan wadah kaca atau logam yang tidak memungkinkan terjadinya pemuaian, karena proses fermentasi ekoenzim akan menghasilkan gas.

Kedua, larutkan gula dalam air, kemudian tambahkan sampah dapur. Gunakan hanya ampas buah dan sayuran. Hindari makanan yang dimasak berminyak, sisa ikan atau daging. Untuk membuat ekoenzim yang berbau segar, tambahkan kulit jeruk, lemon, atau daun pandan. Sisakan ruang udara untuk fermentasi.

“Pastikan wadahnya kedap udara. Selama bulan pertama, gas akan dilepaskan selama proses fermentasi, lepaskan tekanan yang terbentuk di dalam wadah agar tidak pecah,” jelas Indah.

Ketiga, dorong ampas yang mengambang ke bawah sesekali. Tempatkan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi baik. Hindari sinar matahari langsung. Biarkan berfermentasi setidaknya selama 3 bulan sebelum digunakan. Saring dan siap digunakan.

Indah menegaskan, setelah 3 (tiga) bulan, keluarkan airnya dan sisakan endapannya saja. “Endapan dapat dikeringkan untuk dijadikan pupuk atau dibiarkan untuk fermentasI berikutnya. Warna ideal dari ekoenzim adalah coklat tua. Jika warnanya berubah menjadi hitam, tambahkan gula merah dalam jumlah yang sama untuk memfermentasikannya kembali,” terangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *